Sejak duduk di bangku sekolah, Matematika seringkali dihindari sebagian pelajar. Hal itu terjadi karena adanya pola pikir bahwa Matematika ada ilmu yang sulit. Pola pikir tersebut tak jarang mempengaruhi hingga dewasa. Saat menentukan slotmania jurusan kuliah, para pelajar cenderung memilih melanjutkan studi di jurusan yang telah populer, seperti kedokteran atau teknik. Hal itu membuat jurusan Matematika hingga saat ini terbilang masih kurang populer dibandingkan jurusan lainnya.
Adanya mitos-mitos yang muncul tentang Program Studi (Prodi) Matematika membuat calon mahasiswa menghindari jurusan ini. Apa saja mitos-mitos prodi Matematika? Yuk, simak fakta Program Studi Matematika yang telah ITEBA rangkum!
Mitos kuliah Matematika itu susah
Kuliah apapun pasti butuh usaha. Susah ataupun mudah adalah hal yang relatif. Semua kembali lagi pada ketertarikanmu dengan jurusan yang dipilih. Jika kamu adalah seseorang yang gemar berhitung, teka-teki, atau problem solving, kamu pasti akan menikmati masa kuliah di jurusan Matematika.
Pada dasarnya, jurusan Matematika akan memberikanmu berbagai tantangan yang harus diselesaikan dengan teori dan konsep tertentu. Sebagai mahasiswa jurusan Matematika, perkuliahanmu akan terasa lebih mudah jika kamu meluangkan waktu untuk melatih dan mengulang materi yang sudah dipelajari.
Jika kamu telah memahami materi yang disampaikan dosen saat kegiatan belajar mengajar, maka kamu hanya perlu mematangkan pemahaman mengenai materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Setelah jam kuliah sudah selesai, kamu bisa belajar latihan soal.
Inisiatif diperlukan dalam Prodi Matematika. Hal itu bertujuan untuk memahami teori dan konsep sebelum melaksanakan kegiatan kuliah di kelas. Dengan berlatih, kamu tak akan khawatir jika suatu saat ada latihan atau kuis yang diberikan dosen.
Mitos prodi Matematika hanya belajar berhitung
Matematika hanya belajar berhitung adalah mitos yang paling sering didengar. Padahal, inti dari matematika adalah pembuktian. Mahasiswa berlatih untuk membuktikan suatu persamaan, teorema, dan logika. Dengan demikian, mahasiswa juga dilatih untuk berpikir logis-matematis dalam memecahkan masalah.
Ilmu Matematika tidak hanya mengajarkan kita cara berhitung. Ada banyak hal lain yang dipelajari dalam ilmu Matematika seperti problem solving, mengolah data, analisis data, algoritma, dan lain sebagainya. Jadi, untuk kamu yang masih berpikiran bahwa ilmu Matematika hanya mempelajari hitungan, sebaiknya ubah pola pikir tersebut dari sekarang.
Anak Matematika itu Nerd: hanyalah mitos Prodi Matematika!
Nyatanya, mahasiswa jurusan Matematika sama dengan mahasiswa lain. Sebagian mahasiswa Matematika hobi olahraga, bergaul, hingga berorganisasi. Semua kembali ke pribadi masing-masing.
Mitos mahasiswa Matematika cenderung nerd memang cukup sering terdengar sejak dahulu hingga sekarang. Mahasiswa jurusan Matematika memang terkenal dengan materi perkuliahan yang sulit. Namun, tak semua mahasiswa jurusan Matematika nerd. Ada pula mahasiswa Matematika yang aktif dalam kegiatan di dalam kampus. Mereka biasanya bergabung dengan organisasi dan juga unit kegiatan mahasiswa yang ada di dalam kampus. Biasanya, mahasiswa jurusan Matematika ini cukup disenangi di organisasi karena mereka dapat mencari solusi di tengah permasalahan atau isu yang sedang terjadi. Hal tersebut memang wajar karena selama kuliah mereka belajar problem solving.
Jadi guru atau dosen setelah lulus
Lulusan Matematika saat ini juga banyak yang berkarier di bidang finansial, perbankan, bursa efek saham, dan banyak lainnya. Salah satu Pendiri Google, Sergey Brin juga seorang Matematikawan, loh. Jadi, prospek karier Prodi Matematika sangat luas!
Seorang mahasiswa jurusan Matematika memang bisa berkarier menjadi guru atau dosen. Namun, perlu diketahui bahwa banyak perusahaan yang memiliki gelar sarjana dari jurusan Matematika. Selain itu, tak hanya sebagai seorang dosen dan guru, ternyata banyak juga entitas pemerintahan yang membutuhkan mahasiswa jurusan Matematika untuk menjadi pegawai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lulusan Matematika tidak melulu menjadi guru atau dosen.