Kategori: Basic

Jurusan Matematika: Murni, Terapan & Pendidikan. Apa Bedanya?

Jurusan Matematika: Murni, Terapan & Pendidikan. Apa Bedanya?

Jurusan matematika selalu berkembang dengan berbagai rumor tentang kesulitannya. Walau begitu, nyatanya jurusan matematika pada bangku perkuliahan masih banyak di minati oleh paca calon mahasiswa.

Akan tetapi, terkadang saat sudah yakin akan mengambil fokus studi matematika kedepannya, kaliam masih harus di bingungkan dengan pilihan untuk ambil matematika murni, terapan atau ke pendidikan.

Nah, apakah ada dari kalian yang masih bingung membedakan jurusan-jurusan matematika yang sudah ada tersebut? Simak artiket ini sampai akhir ya!

Dengam sebutan murni di belakangnya, jurusan matematika ini tentunya berfokus pada matematika sebagai pondasi untuk struktur berpikir logis serta sistematis. Mirip seperti yang di ajarkan saat sekolah. Penempatan jurusan matematika ini berada pada departemen/fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam).

Akan tetapi, biasanya dalam pilihan prodi yang tersedia dalam FMIPA, jurusan matematika ini tidak terdapat embel-embel murni di belakangnya.

Prospek Kerja : Data analyst, auditpr, market researcher, peneliti dan beragam prospek kerja lainnya.

Rekomendasi Perguruan Tinggi : ITS, UGM, UI, Universitas Negeri Malang, Universitas Brawijaya, dan BINUS University.

Gelar : S. Mat (Sarjana Matematika)

Baca Juga : https://www.matematikamenjawab.com/induksi-matematika-pengertian-jenis-dan-konsep-dasarnya/

Matematika Terapan

Sesuai dengan namanya ‘terapan’, ilmu matematika dalam jurusan ini menekankan bagaimana menerapkan ilmu matematika dalam kehidupan manusia. Hal yang di pelajari pun mengerucut pada salah satu bidang dalam lingkup besar matematika itu sendiri. Contohnya adalah prodi statistika dan aktuaria.

Statistika berfokus pada bagaimana mengumpulkan, menganalisis, dan menginterperestasikan data. Sedangkan aktuaria belajar bagaimana mengukur risiko asuransi, produk-produk keuangan, serta industri atau profesi lain berdasarkan prinsip matematika dan statistika.

Prospek kerja : Ahli statistik, aktuaris, penyelidik klaim asuransi, dan lain-lain

Rekomendasi Perguruan Tinggi : UGM, UI, Universitas Brawijaya, dan Universitas Airlangga.

Gelar : Bervariasi tegantung prodi. Misalnya stasitika (S. Si ; S. Stat), Aktuaria (S. Aktr).

Pendidikan Matematika

Nah, kalau kamu ingin menjadi guru matematika di kemudian hari, maka prodi ini yang akan kau ambil. Semua prodi yang berada memiliki nama ‘pendidikan’ di depannya adalah calon-calon guru di masa depan. Selain belajar matematika itu bisa tersampaikan dengan baik pada anak didikmu kelak.

Prospek kerja : Guru matematika, pembimbing les privat matematika, enterpreneur di bidang pendidikan matematika dan lain-lain

Rekomendasi Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri malang, dan Universitas Negeri Jember.

Gelar : S. Pd. ( Sarjana Pendidikan )

Nah dengan adanya penjelasan minca berikut, semoga sekarang kalian ngga bingun lagi ya membedakan 3 jurusan matematika tersebut! Pastikan juga kalian mantapkan pilihan kalian dalam matematika juga kalian mantapkan pilihan kalian dalam matematika sesuai dengan apa yang kamu kehendaki kedepan ya!

Cara Menghitung KPK dan FPB, Pengertian dan Contoh

Cara Menghitung KPK dan FPB, Pengertian dan Contoh

Cara Menghitung KPK – Keliapatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) merupakan salah satu pembahasan dalam matematika Sekolah Dasar (SD).

Agar kamu lebih memahaminya, berikut pengertian beserta cara menghitung KPK dan FPB.

Pengertian KPK dan FPB

Pertama-tama sebelum masuk ke pengertian FPB atau KPK, kamu harus mengetahui dulu apa itu kelipatan dan faktor. Mengapa begitu? Hal ini karena materi ini sangat berkaitan dengan kelipatan dan faktor, sehingga kamu perlu memahaminya terlebih dahulu.

Kelipatan adalah perkalian bilangan dengan setiap bilangan asli secara berurutan. Misalnya ketika kamu memilih satu bilangan, yaitu 1, kemudian 1 itu di kalikan dengan bilangan asli lain yang berurutan, seperti:

1×1= 1

1×2= 2

1×3= 3 … dst

Jadi 1, 2, 3 merupakan hasil kelipatan dari 1.

Selanjutnya faktor, faktor adalah bilangan-bilangan yang dapat di bagi sampai habis oleh suatu bilangan. Contohnya 10, bilangan 10 ini bisa di bagi berapa supaya bisa habis? Ternyata 10 bisa habis di bagi oleh 1, 2, 5, dan 10. Karena 1, 2, 5, dan 10 ini merupakan faktor dari 10.

Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)

KPK merupakan bilangan kelipatan yang terkecil dan sama banyak dengan bilangan yang di maksud. Banyaknya bilangan bisa berupa 2-3 bilangan ataupun seterusnya. Misalnya:

Tentukan KPK dari 2 bilangan, yaitu 5 dan 6. Maka hal selanjutnya yang bisa kita lakukan adalah mencari kelipatannya masing-masing.

5= 5, 10, 15, 20, 25, 30, …

6= 6, 12, 18, 24, 30, …

Maka, setelah itu kita akan mendapat kelipatan bilangan terkecil yang sama dari 5 dan 6, yaitu 30. Jadi, KPK 5 dan 6 adalah 30.

Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

Selanjutnya adalah FPB. Pengertian dari FPB adalah faktor terbesar yang sama dari banyaknya bilangan yang di maksud. Sama dengan KPK, maksud dari bilangannya ialah 2 bilangan, 3 bilangan dan seterusnya. Misalnya:

Tentukan FPB dari 2 bilangan, yaitu 12 dengan 18. Maka langkah pertama ialah dengan cara faktornya terlebih dahulu dari masing – masing bilangan.

12= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 12

18= 1, 2, 3, 6, 9, 18

Setelah mengetahui faktornya, maka kita bisa menyimpulkan bahwa FPB dari 12 dan 16 adalah 6.

Baca Juga : https://www.matematikamenjawab.com/cara-menghitung-rata-rata-kuartil-dan-modus/

Cara Menghitung KPK dan FPB

Seperti yang tadi sudah sempat di singgung, berikut cara menghitung KPK dengan FPB secara singkat:

1. Dengan cara menghitung faktor dan kelipatannya

Langkah-langkahnya:

Tentukan faktor dan kelipatan dari bilangan-bilangan yang akan di cari FPB dan KPK-nya.

FPB dan KPK di tentukan dengan cara mencari faktor persekutuan terbesar. KPK di tentukan dengan cara mencari kelipatan persekutuan yang terkecil.

Contoh soal:

Hitunglah FPB dan KPK dari 30 dan 36.

Jawab:

Buatlah sebuah tabel seperti:

Faktor 30= Faktor 36=
1×30; 2×15; 3×10; 5×6; 6×5; 10×3; 15×2; 30×1 1×36; 2×18; 3×12; 4×9; 6×6; 9×4; 12×3; 18×2; 36×1

Maka, faktor dari 30 adalah 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, dan 30.

Dengan demikian FPB dari 30 dan 36 adalah 6.

Kelipatan dari 30 adalah 30, 60, 90, 120, 150, 190, 210, …

Kelipatan dari 36 adalah 36, 72, 108, 144, 180, 216, …

KPK dari 30 dan 36 adalah 180.

2. Dengan menggunakan pohon faktor

Buat pohon faktor. Tuliskan bilangan perkalian prima (faktorisasi prima)

Contoh soal:

Hitunglah FPB dan KPK dari 30 dan 36.

Jawab: Buat pohon faktor untuk 30 dan 36.

Mecari FPB

30= 2x3x5

36= 2 pangkat 2×3 pangkat 2

Maka FPB dari 30 dan 36 adalah 6.

Mencari KPK

30= 2x3x5

36= 2 pangkat 2×3 pangkat 2

Maka KPK dari 30 dan 36 adalah 180.

Demikian penjelasan tentang pengertian dan cara menghitung KPK dan FPB dalam pelajaran matematika. Semoga penjelasan ini membantu memahaminya, ya!

Cara Menghitung Rata-Rata, Kuartil, dan Modus

Cara Menghitung Rata-Rata, Kuartil, dan Modus

Cara Menghitung Rata-Rata, Kuartil, dan Modus – Dalam matematika, kalian akan menemukan istilah mean (rata-rata), median(nilai tengah), dan modus (nilai yang sering muncul) dalam penyajian data. Penyajian data adalah hasil dari penelitian, pengamatan, maupun observasi. Kemudian, data yang di dapatkan akan di susun serta di sajikan dalam bentuk bilangan pada sebuah daftar, tabel, diagram. Nah, hasil penyajian data itulah yang di namakan dengan statistik.

Di kutip dari modul Kemendikbud Calon Guru Bidang Matematika yang di tulis oleh Tim GTK Dikdas, statistik merupakan kesimpulan fakta berbentuk bilangan, yang di susun dalam berbagai ragam bentuk untuk menjelaskan mengenai suatu hal, kejadian, maupun peristiwa. Statistik juga bisa menjadi lambang atas ukuran dari sekumpulan data serta wakil dari data tersebut.

Ukuran pemusatan data ialah nilai yang di dapatkan dari sekumpulan data yang bisa di gunakan untuk mewakili keseluruhan dari data tersebut. Ukuran pemusatan data terdiri dari tiga yakni, mean, median dan modus.

Rumus Mean (Rata-Rata)

Mean merupakan salah satu ukuran gejala pusat dan bisa di katakan sebagai wakil dari kumpulan data. Untuk menentukan mean, kalian bisa mencarinya dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai data, lalu di bagi dengan banyaknya data. Secara sederhana, mean dapat di cari dengan

Jumlah seluruh data : banyak data

atau, bisa juga di rumuskan dengan

𝑥̅ = ∑ x / n

Keterangan:

𝑥̅ = rata – rata atau mean

n = banyaknya data

∑ x = jumlah seluruh data

Contoh:

Hitung rata-rata atau mean dari data berikut: 6,5,9,7,8,8,7,6.

Penyelesaian:

𝑥̅ = 5 + 6 + 6 + 7 + 7 + 8 + 8 + 9 : 8

   = 56 : 8

   = 7, maka mean dari bilangan tersebut adalah 7.

Rumus Median (Kuartil)

Median (Me) atau kuartil merupakan nilai tengah dari sekumpulan data yang bisa di tentukan setelah mengurutkan dari data yang terkecil hingga terbesar, maupun sebaliknya. Bila suatu data memiliki median, maka dapat di katakan median tunggal.

Apabila banyak data adalah bilangan ganjil, median dapat di tentukan dengan melihat pada data ke ½ (n+1), dan jika banyak data bilangan genap, median dapat di lihat pada -n/2 dan data -n/2 + 1.

Contoh 1

Tentukan median dari data berikut: 70, 65, 50, 40, 35, 45, 70, 80, 90. Di ketahui bahwa banyak data yang tersedia merupakan bilangan ganjil.

Setelah di urutkan datanya menjadi 35, 40, 45, 50, 65, 70, 70, 80, 90

Jadi mediannya adalah = 65.

Contoh 2

Tentukan median dari data berikut: 3, 2, 5, 2, 4, 6, 6, 7, 9, 6.

Pada contoh ini banyak data yang tersedia merupakan bilangan genap, median akan terletak di antara dua buah data.

Setelah di urutkan: 2, 2, 3, 4, 5, 6, 6, 6, 7, 9.

Me = (5 + 6): 2= 5,5.

Maka, media yang terletak dari data tersebut adalah 5,5.

Rumus Modus

Modus merupakan data yang paling banyak atau paling sering muncul. Modus adalah ukuran pemusatan untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi. Sekumpulan data yang di dapatkan, memungkinkan untuk memiliki nilai modus yang tak tunggal atau bahkan mungkin tidak memilikinya.

Contoh:

Tentukan modus dari data berikut: 50, 35, 70, 90, 70, 40, 40, 40, 65, 45, 70, 80.

Penyelesaian:

Urutkan data terlebih dahulu, sehingga menjadi:

35, 40, 40, 40, 45, 50, 65, 70, 70, 70, 80, 90.

Kalian mengetahui bahwa nilai 40 berjumlah 3, dan nilai 70 berjumlah 3, maka modus dari data tersebut adalah nilai 40, dan 70.

Baca Juga: https://www.matematikamenjawab.com/

Contoh Soal dan Jawabannya

Di lansir dari berbagai sumber, berikut ini merupakan 15 contoh soal mean median modus data beserta dengan pembahasan jawabannya untuk latihan soal matematika.

Soal 1

Sebuah dadu di lemparkan sebanyak 18 kali dan di peroleh hasil sebagai berikut “5, 6, 3, 3, 1, 3, 4, 2, 2, 1, 4, 3, 2, 5, 6, 1, 5, 6”. Modus dari data tersebut adalah…

  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 5

Jawaban: C

Pembahasan:

Modus adalah nilai yang paling banyak muncul. Jadi, modus dari data tersebut adalah 3, sebanyak 4 kali.

Soal 2

Hasil panen apel 7 kali berturut – turut adalah 8, 10, 9, 12, 8, 11, 9 dengan satuan kilogram. Median dari data hasil panen singkong tersebut adalah…

  1. 8
  2. 9
  3. 10
  4. 11

Jawaban: B

Pembahasan:

Median adalah nilai tengah dalam data yang telah di urutkan.

Urutan data = 8, 8, 9, 9, 10, 11, 12.

Jadi, median dari data tersebut adalah 9.

Soal 3

Perhatikan data berikut: 7, 10, 9, 5, 6, 9, 8, 10, 11, 6. Median dari data tersebut adalah…

  1. 7
  2. 7,5
  3. 8
  4. 8,5

Jawaban: D

Pembahasa:

Median adalah nilai tengah dalam data yang telah di urutkan.

Urutan data = 5, 6, 6, 7, 8, 9, 9, 10, 10, 11

Median = 8 dan 9 = (8+9) ÷ 2 = 17 = 8,5

Soal 4

Berapakah mean dari data 6, 4, 8, 3, 11, 10, 7?

  1. 6
  2. 7
  3. 8
  4. 9

Jawaban: B

Pembahasan:

mean = jumlah seluruh data ÷ banyak data

= (6+4+8+3+11+10+7) ÷ 7

= 49 ÷ 7

= 7

Soal 5

Tika di minta oleh ibu untuk membeli tepung 5 kg, cabai 3kg, beras 15kg, daging 12kg, dan ikan 5 kg di pasar. Berat rata-rata dari belanjaan Tika adalah…

  1. 7 kg
  2. 8 kg
  3. 9 kg
  4. 10 kg

Jawaban: B

Pembahasan:

Rata – rata = jumlah data ÷ banyaknya data

= (5+3+15+12+5) ÷ 5

= 40 ÷ 5

= 8

Soal 6

Mirna mendapat nilai ulangan sebanyak 4 kali yaitu 6, 8, 9, 10. Supaya mendapat nilai rata-rata 8,5. Saat ulangan kelima, Mirna harus mendapat nilai…

  1. 7
  2. 7,5
  3. 9
  4. 9,5

Jawaban: D

Pembahasan:

Rata-rata = jumlah seluruh nilai ÷ banyaknya ulangan

8,5 = (6+9+8+10+n) ÷ 5

8,5 = (33+n) ÷ 5

8,5 x 5 = 33 + n

42,5 = 33 + n

n = 9,5

Soal 7

Data nilai ulangan Matematika kelas V 7, 6, 8, 9, 8, 7, 6, 9, 9, 8, 7, 8, 9, 9, 6, 7, 8, 9, 10, 10

Median dari nilai ulangan Matematika kelas V tersebut adalah…

  1. 6
  2. 7
  3. 8
  4. 9

Jawaban: C

Pembahasan:

Median adalah nilai tengah dalam data yang telah di urutkan.

Urutan data = 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 8, 8, 8, 8, 8, 9, 9, 9, 9, 9, 9, 10, 10.

Median = 8

Soal 8

Nilai ulangan IPA, IPS, Matematika, Agama, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris milik Indah adalah sebagai berikut: 6, 7, 7, 8, 6, 7. Berapakah mean dari nilai ulangan Indah?

  1. 7
  2. 7,25
  3. 7,5
  4. 7,75

Jawaban: C

Pembahasan:

Mean = jumlah data + banyaknya data

= (6+8+7+8+9+7) ÷ 6

= 45 ÷ 6

= 7,5

Soal 9

Pelemparan dadu di lakukan sebanyak 25 kali. Hasil angka yang keluar sebagai berikut:

1 2 3 4 5 5 6 2 3 4 5 6 6 4 3 2 1 4 3 5 6 6 5 4 5

Modus dari data di atas adalah…

  1. 4
  2. 5
  3. 6
  4. 3

Jawaban: B

Pembahasan:

Modul adalah nilai yang paling banyak muncul.

Jadi, modus dari data tersebut adalah 5, sebanyak 6 kali.

Soal 10

berikut adalah data hasil ulangan Bahasa Indonesia kelas VI SDIT Nurul Iman.

8 6 7 7 6 8 9 10 10 9 8 6 7 6 7 8 9

6 7 9 8 8 9 7 9 10 9 8 9 9 8 8 7 8 10

Nilai Mean dari data di atas adalah…

  1. 8
  2. 8,5
  3. 7
  4. 7,5

Jawaban: A

Pembahasan:

Mean = jumlah nilai ÷ banyaknya siswa

= 280 ÷ 35

= 8

Itu dia penjelasan lengkap mengenai cara menghitung rata-rata, nilai tengah, dan modus. Bila masih merasa kesulitan atau ingin belajar lebih jauh, kalian bisa membeli rekomendasi buku terkait berikut ini untuk belajar lebih lanjut. Semoga sukses! Untuk mendukung kalian dalam menambah wawasan, kalian selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar kalian memiliki informasi.

Induksi Matematika: Pengertian, Jenis dan Konsep Dasarnya

Induksi Matematika: Pengertian, Jenis dan Konsep Dasarnya

Induksi Matematika – Matematika merupakan ilmu yang membantu kehidupan manusia. Ilmu matematika akan membantu seseorang untuk melatih kemampuannya dalam berpikir kreatif, kritis serta mampu menyelesaikan masalah. Hingga kini, materi mengenai matematika terus berkembang.

Salah satunya adalah induksi matematika yang di gunakan untuk memasukan data pada suatu program. Contohnya seperti, induksi matematika yang di gunakan untuk membuat program komputer serta teknologi ATM.

Menurut buku berjudul Explore Matematika Jilid 2 konserp dari induksi matematika di gunakan dalam komputer. Program yang benar akan mengeluarkan hasil yang sesuai.

Apabila program menampilkan pesan error, maka pengguna memasukan data salah. Apa pengertian dari induksi matematika dan bagaimana konsep dasar yang di gunakan? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini.

Pengertian Induksi Matematika

Induksi matematika merupakan metode pembuktian yang di gunakan untuk menentukan kebenaran. Metode induksi matematika di gunakan dari suatu pernyataan yang di berikan dalam bentuk bilangan yang asli.

Selain itu, induksi matematika juga dapat di artikan sebagai cara pembatalan atau pernyataan matematika. Induksi matematika di gunakan rumus sebagai suatu metode pembuktian atas suatu pernyataan.

Metode induksi matematika adalah salah satu kegiatan penalaran deduktif yang memiliki kaitan dengan pembuktian matematika. Dalam ilmu matematika, induksi matematika adalah suatu dasar aksioma bagi beberapa teorema yang melibatkan bilangan asli.

Pembuktian dari suatu pernyataan sistematis dengan induksi matematika di lakukan pada objek matematika yang memiliki sifat diskrit. Contohnya seperti teori bilangan, teori graf dan kombinatorika.

Para matematikawan menggunakan induksi matematika untuk dapat menjelaskan pernyataan matematika yang telah di ketahui kebenarannya. Prinsip dari induksi matematis, dapat di jelaskan secara umum dalam dua tahap yaitu langkah awal atau di sebut asumsi induktid serta langkah induksi dasar.

Penggunaan induksi matematika, utamanya di laksanakan pada tiga jenis masalah matematika di antara adalah seri umum, habis di bagi dua dan ketikdaksetaraan. Kemampuan untuk pembuktian induksi matematikan secara benar, di gunakan pada suatu konsep matematika dan di tentukan melalui pemahaman relasional.

Sejarag Penggunaan Induksi Matematika

Teorema matematika di dasarkan pada sekumpulan definisi serta aksioma. Pembukti dari seluruh jenis teorema di laksanakan dengan menggunakan aksioma serta definisi atau menggunakan teorema yang telah terbukti kebenarannya.

Teorema dalam ilmu matematika tidak di dasarkan pada hasil eksperimen yang tidak dapat di buktikan kebenarannya. Matematikan tidak dapat menerima argumentasi, bahwa suatu pernyataan matematis merupakan benar hanya melalui eksperimen serta observasi.

Pierre de Fermat membuktikan bahwa pada konjektur fermat, persamaan tidak dapat menghasilkan bilangan bulat dengan bentuk positif pada sembarang bilangan bulat dengan nilai lebih dari dua.

Menurut para matematikawan, di perlukan waktu lebih dari tiga abad untuk menemukan pembuktian konjektur Fermar. Di tahun 1994, konjektur Fermat di buktikan oleh seorang matematikawan berkebangsaan inggris bernama Andrew Wiles.

Sejarah dari penggunaan induksi matematika di jelaskan oleh Bussey dalam artikelnya yang di tulis pada tahun 1917. Dalam artikel tersebut, ia menjelaskan bahwa proses induksi matematika telah di gunakan pertama kali oleh D. Franciscus Maurolicus (1494-1575).

Pada saat itu, Maurolicus menggunakan metode induksi matematika untuk membuktikan bahwa bilangan ganjil terbentuk dengan cara berturut – turut menambahkan dua pada bilangan ganjil pertama yaitu 1.

Pembuktian lain yang berhasil di peroleh Maurolicus dengan induksi adalah jumlah n dan bilangan ganjil pertama merupakan kuadrat n. Pembuktian matematika yang dilakukan oleh Pascal atau Maurolicus tidak pernah menggunakan istilah induksi.

Istilah induksi baru pertama kali di gunakan pada tahun 1956 oleh John Wallis. Dalam bukunya yang berjudul Arithmetica Infinitorum, Wallis menggunakan istilah per modum inductions.

Kemudian pada tahun 1838, Agustus de Morgan memperkenalkan istilah induksi matematika pada publik dengan menulis artikel berjudul induction untuk jurnal Penny Cyclopedia.

Di tahun 1889, Giuseppe Peano merumuskan prinsip induksi matematika dalam lima aksioma. Dalam kelima aksioma tersebut, di sajikan definisi lengkap mengenai bilangan asli. Kelima aksioma tersebut adalah sebagai berikut:
  1. 1 adalah bilangan asli
  2. Ada satu bilangan turutan yang memiliki sifat unik dan bentuk bilangan asli pada setiap bilangan asli.
  3. Bilangan turutan yang sama mustahil di temukan di dua bilangan asli yang berbeda – beda.
  4. 1 bukanlah bilangan turutan dari seberang bilangan asli.
  5. Sifat yang di miliki oleh bilangan 1 serta turutan semua adalah bilangan asli, pasti di miliki juga oleh seluruh bilangan asli.

Jenis – Jenis Induksi Matematika

Ada berbagai macam permasalah matematis yang dapat di selesai matematis yang dapat di selesaikan dengan menggunakan metode induksi matematika. Oleh sebab itulah, metode induksi matematika di bedakan menjadi tiga jenis di antara adalah deret, pembagian dan pertidaksamaan. Berikut penjelasannya.

1. Deret

Pada jenis deret, pada umumnya persoalan induksi matematika di temui dalam bentuk penjumlahan yang beruntun. Sehingga pada persoalan deret harus di buktikan kebenarannya pada suku pertama, suku ke k serta terakhir suku ke (k+1).

Pada jenis deret, ada beberapa hal yang perlu kalian perhatikan dengan seksama. Antara lain adalah sebagai berikut:

Apabila

 

Contohnya adalah berikut:

Buktikan bahwa 2 + 4 + 6 + … + 2n = n(n + 1), untuk masing – masing dari n bilangan asli.

berdasarkan prinsip induksi matematika tersebut, terbukti bahwa P(n) benar untuk masing – masing n bilangan asli.

2. Pembagian

Jenis induksi matematika pembagian dapat di jumpai pada berbagai macam soal yang menggunakan kalimat berikut ini:

  • A habis di bagi dengan B
  • B faktor dari A
  • B membagi A
  • A adalah kelipatan dari B

Keempat ciri tersebut, menjadi petunjuk bahwa pernyataan tersebut dapat di selesaikan dengan menggunakan induksi matematika jenis pembagian. Hal – hal yang perlu di ingat ialah apabila bilangan A habis di bagi dengan B, maka A habis di bagi dengan B, maka A=B.M dengan M adalah bilangan bulat.

Maka, jika p habis di bagi a serta q habis di bagi a, sehingga (p + q) juga akan habis di bagi a. Contohnya adalah, 4 habis di bagi 2 dan 6 habis di bagi 2, maka (4 + 6) pun akan habis di bagi dengan bilangan 2

Berdasarkan dari prinsip induksi matematika tersebut, maka terbukti bahwa 6n + 4 habis di bagi 5, untuk setiap bilangan asli.

Bilangan bulat a akan habis dibagi bilangan bulat 4 apabila di jumpai bilangan bulat m sehingga akan berlaku a = b.m.

Misalnya, “10 habis di bagi 5” benar sebab adanya bilangan bulat m = 2 sehingga 10 = 5.2.

Oleh sebab itu pernyataan “10 habis di bagi 5” dapat di tuliskan menjadi “10 = 5m, untuk m bilangan bulat”.

3. Pertidaksamaan

Jenis pertidaksamaan di tandai dengan tanda lebih dari atau kurang dari yang ada pada pernyataannya. Ada sifat – sifat yang seringkali di gunakan untuk menyelesaikan induksi matematika jenis pertidaksamaan. Sifat tersebut adalah sebagai berikut:

a > b > c ⇒ a > c atau a < b < c ⇒ a < c

a < b dan c > 0 ⇒ ac < bc atau a > b dan c > 0 ⇒ ac > bc

a < b ⇒ a + c < b + c atau a b ⇒ a + c > b + c

Baca Juga: https://www.matematikamenjawab.com/

Konsep Dasar Induksi Matematika

Konsep dasar dari induksi matematika dapat di misalkan ketika ada seseorang meletakan domino yang berderet sangat panjang. Ketika ada orang yang menjatuhkan domino pertama ke arah domino kedua, maka domino ketiga, keempat maupun kelima dan seterusnya akan ikut jatuh.

Konsep dasar dari induksi matematika tersebut sederhana seperti efek domino. Dalam konteks induksi matematika, ketika seseorang hendak membuktikan atau menguji suatu rumus, maka ia harus memastikan bahwa rumus tersebut benar untuk seluruh bilangan, dalam hal ini yang di maksud adalah bilangan asli.

Contohnya apabila ada satu deret bialngan asli 1,2,3,4,5,…, n. Maka jumlah deret bilangan (Sn) untuk n = 3 adalah 1+2+3 = 6. Jika n = 4, S4 = 1+2+3+4 = 10. Apabila n = 5, S5 = 15.

Dari pola tersebut, jika di jumlahkan seluruh bilangan tersebut mulai dari 1 hingga n, maka akan di peroleh rumus berikut ini:

Akan tetapi, masalahnya adalah apakah rumus tersebut berlaku secara universal dan berlaku untuk semua kasus atau hanya pada kasus tertentu saja? Oleh karena itu, untuk membuktikan bahwa rumus tersebut, kalian semua bisa menggunakan prinsip efek domino.

Jika domino pertama jatuh, maka domino kedua pun harus jatuh dan domino ketiga pun harus ikut jatuh. Begitu pula dengan domino keempat dan seterusnya. Dari prinsip tersebut, maka dapat di bahasakan secara sistematis dengan dua langkah berikut ini:

Basic Step: untuk n = 1, rumus S1 adalah benar.

Inductive Step: Jika rumus tersebut benar untuk n = k, maka rumus tersebut juga benar untuk n = k+1, dengan k≥1.

Dengan mengacu pada efek domino secara matematis, maka kalian perlu memasukan n = 1 pada rumus Sn. Maka hasilnya adalah berikut ini:

Maka, untuk n = 1, rumus di atas adalah benar. Langkah selanjutnya kalian perlu menguji dengan memasukkan n = k dalam rumus Sn sehingga akan di peroleh rumus di bawah ini:

Sementara itu, untuk inductive step, apabila rumus tersebut benar untuk n = k, maka ia pun harus di benarkan untuk n = k+1. Lalu kalian dapat memasukkan n = k + 1 ke dalam rumus tersebut dan akan di dapatkan rumus berikut:

Lalu, kalian bisa memperhatikan, jumlah deret di bawah ini:

Kemudian kalian bisa mengelompokan kembali Sk+1 menjadi berikut ini:

Sk+1=[1+2+3+…+k] + (k + 1)

[1+2+3+…+k] itu sama seperti Sk, sementara itu Sk = (k(k+1))/2. Kemudian kamu bisa mencoba memasukkan nilai Sk dalam Sk+1 dengan deretnya yang telah di kelompokkan ulang, maka bentuk rumusnya menjadi berikut ini.

Sk+1 = Sk + (k + 1)

Jadi, rumus penjumlahan deret Sn di atas benar untuk n = k+1.

Perlu di ketahui bahwa basic step adalah bagian paling dasar dalam pembuktian induksi atau induksi matematika. Tanpa adanya basic step, pembuktian dengan menggunakan cara induksi tidak akan menjadi sempurna.

Pernyataan inductive step memiliki fungsi untuk memastikan bahwa bilangan asli apa saja, setelah n = 1 dapat berlaku untuk rumus maupun pernyataan matematis yang akan di buktikan oleh seseorang. Terlebih lagi apabila kamu ingin memastikan bahwa suatu rumus atau pernyataan matematis itu berlaku secara universal.

Kemudian, untuk inductive step, bagaimana cara kamu bisa mengetahui bahwa suatu rumus P(n) dengan n=k, rumus tersebut berlaku untuk n = k + 1. Pada pembuktian inductive step, kamu dapat memunculkan Sk+1 yang sama seperti Sk di tambah dengan (k+1), Sk+1 = Sk + (k + 1) . Berangkat dari pernyataan matematis tersebut, maka kamu telah membuktikan bahwa Sn itu benar untuk n = k + 1.

Itulah penjelasan tentang induksi , pengertian, sejarah, konsep dasar dan jenis – jenisnya. Perlu di jadikan catatan, bahwa induksi hanya di gunakan untuk membuktikan kebenaran atas suatu pernyataan atau rumus tertentu dan bukannya untuk menurunkan rumus.

Lebih tegasnya, induksi tidak dapat di gunakan untuk menurunkan atau menemukan suatu rumus. Lalu, cara paling mudah untuk memahami prinsip kerja induksi adalah dengan mengamati efek domino sebagai konsep dasar dari induksi .

Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kalian semua. Kalian bisa mempelajari ilmu matematika dan rumus matematika lainnya dengan membaca buku.